Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Anggota Komisi I DPR Sukamta menyebut, Pemerintah Indonesia telah mengalami kekalahan dalam perang siber.
Hal ini tercermin pada kejadian eror-nya Pusat Data Nasional (PDN) yang terjadi pada pekan lalu.
Sukamta mengungkapkan, upaya peretasan PDN ini diyakini telah dilakukan berulang kali, hingga akhirnya pada 24 Juni 2024, PDN akhirnya jebol.
Ia mengungkapkan, di dalam PDN terdapat data-data penting yang berasal dari ratusan instansi. Termasuk Kementerian/Lembaga, serta data Pemerintah Daerah.
Baca juga: Imigrasi Sudah Surati Kominfo untuk Back Up Data Sejak April, tapi Tak Digubris hingga PDN Diretas
“Jadi PDN ini pusat data dari seluruh pemerintahan, kementerian, lembaga pemerintah daerah. Ada mengatakan 210 kementerian lembaga dan pemda, ada mengatakan 282,” ungkap Sukamta dalam acara diskusi seputar ‘Pusat Data Bocor, Siapa Teledor’ yang berlangsung secara online, Sabtu (29/6/2024).
“Ini artinya apa? PDN ini seperti brankas yang di dalamnya itu berisi emas batangan murni 24 karat + ada berlian 100 karat. Di situ karena di dalamnya adalah objek vital nasional,” sambungnya.
Padahal, di dalam data tersebut terperinci menyangkut seputar data sosial, ekonomi keuangan, sumber daya negara, hingga kesehatan.
Yang lebih dikhawatirkan Sukamta, data yang diretas adalah data seputar keamanan dan pertahanan negara.
Di mana hal tersebut sangat sensitif apabila informasinya bocor hingga ke negara lain.
Sukamta mengungkapkan, perang siber telah berlangsung sejak beberapa waktu yang lalu, dan kini Pemerintah Indonesia dinilai telah kalah dalam peperangan yang dimaksud.
Untuk itu, Sukamta meminta Pemerintah dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) untuk bertanggung jawab dan memulihkan eror-nya PDN.
“Coba bayangin nanti kalau ternyata ada negara tertentu yang mengakuisi data setelah diambil dari sisi keamanan, dan mengetahui jumlah petugas keamanan Indonesia itu sekian hingga pola kerjanya,” ucap Sukamta.
“Apabila pihak suatu negara sudah mengerti pola budaya, kapasitas keamanan, pertahanan, keuangan ekonomi, perilaku warga negara Indonesia, saya kira ini akan berimbas kepada keamanan. Perang siber itu sudah dimulai sudah dijalani, dan kita kalah dalam perang ini,” pungkasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengungkapkan error-nya Pusat Data Nasional (PDN) Sementara, pada Kamis 20 Juni 2024 lalu disebabkan adanya serangan ransomware.
Kepala BSSN Hinsa Siburian mengatakan, hal ini diketahui setelah pihaknya bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) melakukan penelusuran lebih lanjut.
“Perlu kami ketahui, kami sampaikan insiden Pusat Data Sementara ini adalah serangan siber dalam bentuk ransomware dengan nama Brain Cipher ransomware,” ungkap Hinsa di Kantor Kominfo, Jakarta, Senin (24/6/2024).
“Ransomware ini adalah pengembangan terbaru dari ransomware Lockbit 3.0. Jadi memang ransomware ini kan dikembangkan terus. Jadi ini adalah yang terbaru yang setelah kita lihat dari sampel yang sudah dilakukan sementara oleh forensik dari BSSN,” sambungnya.
Post a Comment